BAPER VS TUKANG PHP VS NGGAK PEKA

“Kau berhak untuk BAPER, tetapi kau tak berkewajiban men-judge seseorang tukang PHP, apalagi menuduh orang NGGAK PEKA.”
“Ya, aku takut aja kamu berpikir aku manfaati kamu dengan kondisiku sekarang, atau nanti kamu bilang aku tukang PHP.”
Wait?! Tukang PHP?
Sebelum men-judge orang lain tukang PHP, mari kita kaji lebih jauh apa dan bagaimana yang disebut pemberi harapan palsu. Kenapa seseorang bisa berpikir orang lain memberinya harapan palsu? Apakah karena orang lain itu bersikap baik padanya? Atau karena perhatian? Atau….?
Aku masih sedikit gagal paham ketika orang-orang men-judge seseorang tukang PHP. Apalagi hanya karena sikap baik, sebuah senyuman, sedikit perhatian. Apa yang salah dari sikap baik seseorang? Bisa jadi dia memang terlahir seperti itu, tanpa maksud ingin memberi harapan padamu. Atau bisa jadi, dia tahu dengan jelas bagaimana rasanya diabaikan, hingga ia menghargaimu dengan menanggapi chat atau sikap baikmu padanya. Nggak ada yang salah, kan, membalas sikap baik orang lain terhadap kita?
Kalau dikaji lebih dalam, sebenarnya orang-orang baik seperti ini—yang kausalah artikan sebagai tukang PHP, berada dalam posisi serba salah. Berbuat baik, dibilang sok baik. Murah senyum, dibilang kegatalan. Pelit senyum, dibilang sombong. Ramah, dibilang sok kenal sok dekat. Diam-diam, dibilang jaim. Nggak menanggapi kebaikan orang/perhatian orang, dibilang jutek. Menanggapi kebaikan/perhatian orang, dibilang tukang PHP. Jadi sebenarnya ini orang disuruh ngapain sih? Bunuh aja kali ya -_-
Nggak salah kalau kau TERBAWA PERASAAN ketika seseorang perhatian padamu. Tetapi ketika dia pun tidak menunjukkan tanda-tanda akan menjadikanmu teman hidupnya atau memberimu posisi yang lebih istimewa di hidupnya, kau tak bisa begitu saja men-judge dia TUKANG PHP. Karena kita tidak pernah tahu latar belakang kehidupan seseorang—pun tidak terlalu penting baginya untuk menjelaskan padamu tentang latar belakang hidupnya. Bisa jadi, di balik sikap baiknya dan perhatiannya itu, ia telah mati-matian berjuang untuk hidupnya, atau bahkan bisa jadi, ia telah melewati proses yang sangat menyakitkan. Hingga akhirnya, ia menjadi sosok yang sangat hangat kepada siapapun.
Nih aku kasih contoh TUKANG PHP;
Kau diajak nikah, kau iyakan, lalu minggu depan dia nikah sama orang lain.

Kalau kasusnya kayak di atas sih, bisa jadi emang di-PHPin. Ya, kalau mau berpikir positif juga nggak apa-apa sih. Biar kasus bunuh diri ditinggal nikah di Indonesia ini berkurang xD

“Dia tuh NGGAK PEKA! Udah dikode, diperhatiin, tapi biasa aja ke aku.”
Beda lagi posisi orang-orang yang dikatain “NGGAK PEKA”. Ketika kau perhatian pada seseorang atau bersikap baik kepada orang lain, mungkin kebanyakan orang akan BAPER, tetapi segelintir orang berusaha berpikir se-positif mungkin untuk menanggapi kebaikanmu. Sangat mungkin di hatinya tumbuh perasaan-perasaan yang kau sendiri tidak menduganya. Bisa jadi dia sebenarnya menyimpan perasaan terhadapmu, atas kebaikan dan perhatian yang kauberi. Hanya saja dia berusaha agar hatinya tak terlalu kecewa jika ternyata niatanmu atas sikap baik dan perhatianmu padanya hanya sebatas karena “kau terlahir sebagai orang yang baik.” Bisa saja setiap malam ia berkata dalam hati, “dia memang orang baik, jangan baper!” atau setiap kali kau mengiriminya pesan, ia mendoktrin otaknya dengan kalimat, “dia orang baik! Dia orang baik!”.
Mengapa ada orang-orang yang berpikir seperti itu?
KARENA MEREKA TAHU, SANGAT TIDAK ENAK KETIKA NIATAN BAIK MEREKA MEMBUAHKAN STATEMENT “KAU TUKANG PHP!”, HANYA KARENA BAPER YANG BERLEBIHAN.
Jangan salah sangka dan men-judge orang NGGAK PEKA. Jangan ngomong udah nge-kode atau merhatiin. Please, mengertilah kalau dunia ini tidak seperti novel da vinci code! Mereka—orang-orang yang kaukata NGGAK PEKA—sesungguhnya setengah mati mendoktrin hati dan otak mereka setiap saat, agar di pikirannya tidak terlahir statement “DIA TUKANG PHP!”.
Nih, contoh NGGAK PEKA;
Kau udah bawa keluargamu untuk ngelamar dia, tetapi di saat itu dia nggak ngerasa kalau kau mau mengajaknya berumah tangga.

Ya kalau kejadiannya begitu, sih, yaiyalah nggak peka. Nggak peka banget malah. Yakali masa keluarga udah datang ngelamar, dia masih ngerasa kau cuma bercanda. -_-

“Ya, bodo amat! Siapa suruh dia baper ke aku. Aku kan nggak ngapa-ngapain dia.”
Bagaimana dengan golongan BAPER-ista? Orang-orang bisa BAPER juga ada alasannya. Bisa jadi kau yang terlalu perhatian, atau kebaikanmu berlebihan padanya. Bisa jadi dia sedang berada dalam titik tersulit di kehidupannya, lalu kau datang bagaikan malaikat yang memberinya pertolongan dengan kebaikanmu. Well—bagaimana mungkin dia nggak terbawa perasaan jika kondisinya seperti itu?

Butuh contoh BAPER-ista?
Kau bertanya dia udah makan atau belum, lalu dia nge-fly dan merasa kau mencintainya.

Helloooo, apa yang salah dari sekedar nanyak “udah makan kamu?”. Seriusan di atas itu baper-ista banget!

So, dalam hal apapun, cobalah mengerti bagaimana sikap seseorang. Cobalah berpikir positif saja. Nggak ada ruginya juga, kan, kalau berpikir positif?

Jika perhatianmu memang memiliki arti, tunjukkan! Atau jika kebaikanmu karena bawaan lahir, jelaskan! Agar ketiga golongan ini saling mengerti. Dan hati kita sejahtera *eh

Post a Comment

0 Comments