Sabar Dan Ikhlas, Menjadi Doa Paling Sederhana

Doa dan keinginan tahun 2022 saya jauh lebih sederhana jika dibandingkan tahun 2010 sampai 2017 kemarin. Kok bisa? Semakin ke sini saya semakin sadar, ada banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan saya dalam hidup ini. Ada banyak sekali ekspektasi yang nggak terpenuhi. Ada banyak sekali kecewa yang siap datang kapan saja jika saya tidak pandai-pandai menakar harapan saya. 

Kalimat pamungkas saya sejak dulu masih sama, “jangan berharap tinggi-tinggi biar kecewanya nggak sakit kali.”Terdengar pesimis untuk banyak orang, tetapi ampuh untuk saya menjaga hati. Bahkan tidak jarang pula saya selalu membayangkan kemungkinan terburuk, saking takutnya saya kecewa. Bukannya saya suudzon kepada rencana besar Allah, tetapi saya tidak ingin kecewa saya malah membuat saya meratapi nasib, kehilangan keikhlasan dan sedih tak berkesudahan. Bukankah ketiga kondisi ini lebih mungkin menjadikan saya menyalahkan keadaan atau meratap “kenapa saya ya Allah?” 

Maka di tahun 2022 ini, doa dan keinginan saya adalah saya meminta Allah lapangkan hati saya untuk bersabar dalam setiap keadaan, Allah kucurkan keikhlasan di hati saya dan Allah mampukan saya untuk melewati setiap cobaan yang akan datang di depan sana.

Sabar Dan Ikhlas, Menjadi Doa Paling Sederhana

Kenapa saya meminta kesabaran?

Sebab sabar itu hal yang sulit, makanya hadiahnya surga, bukan piring cantik. Saya pikir, di dunia yang semakin sulit untuk dijabarkan ini, kesabaran makin mahal harganya. Itulah mengapa saya meminta hal ini. Karena, apapun situasinya, bahkan jika orang-orang di sekitar saya berbuat hal yang menyakitkan dan menyulitkan saya, saya hanya ingin punya hati yang diberkahi kesabaran agar tidak marah terhadap hal-hal itu. Saya ingin agar saya tidak membalas perbuatan-perbuatan yang barangkali tidak menyenangkan itu. Saya ingin hati saya bisa menahan diri saya dari perbuatan serupa. 

Lalu, kenapa keikhlasan?

Seperti kesabaran, ikhlas itu ilmu paling sederhana tapi sulit sekali untuk lulus ujiannya. Saya ingin sekali bisa mengikhlaskan segala hal yang menyakitkan di masa lalu dan di masa sekarang. Ingin sekali memiliki hidup tenang tanpa terbebani hal-hal tidak menyenangkan. Ingin sekali terbebas dari pertanyaan-pertanyaan “kenapa orang-orang jahat ke saya?” “kenapa saya yang harus terus bersabar?” “kenapa saya yang harus mengerti sedangkan orang lain tidak melakukan hal yang sama?”

Saya merasa, pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena saya belum bisa ikhlas. Saya masih merasa, ketika saya menjalani hidup baik-baik saja dan tidak mengganggu orang lain, maka orang lain akan berlaku demikian pula kepada saya. Saya lupa, ada orang-orang yang memang ditakdirkan untuk menjadi ujian dan cobaan bagi kita. 

Saya ingin sekali Allah swt limpahkan keikhlasan kepada saya, agar saya bisa menjadi lebih tenang dan tidak bertanya-tanya lagi ketika saya mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari orang-orang sekitar. 

Dan, kenapa saya meminta dimampukan alih-alih meminta dihindarkan?

Dulu mungkin saya akan meminta untuk dihindarkan. Ya Allah jauhkan hamba dari… Ya Allah hindarkan hamba dari….Tetapi saya merasa panjang sekali rentetan doa saya ini jadinya, meski Allah swt suka hambanya berlama-lama dan meminta pada-Nya. Namun, mungkinkah hidup kita baik-baik saja tanpa masalah? Dan bukankah Allah memberi ujian untuk hambaNya semata-mata karena ingin menaikkan derajat hambanya pula?Itulah mengapa saya meminta dimampukan untuk menghadapi, melewati dan menjalani segala kesulitan yang mungkin akan datang ke hidup saya. Kalau kata Ust. Salim A Fillah :

“Musibah itu mengecil jika dirahasiakan. Membesar jika dikeluhkesahkan. Terurai jika diadukan pada Allah. Merumit jika diumbar pada manusia.”

Dan benar saja, saya meyakini kalimat itu sejak melewati kejadian besar di awal tahun kemarin. Saya rahasiakan, saya adukan ke Allah. Saya hanya meminta dimampukan, dan alhamdulillah segalanya dimudahkan dan dikecilkan. Sekarang bagaimana?Sekarang setiap mengingat kejadian itu, saya dan suami bisa tertawa dan bersyukur. Kami menertawakan betapa pusingnya kepala kami saat itu, dan bersyukur sekali dimampukan Allah untuk melaluinya.

Maka tahun ini, doa saya masih sama, ketiga hal di atas. Dan insyaa Allah di tahun-tahun selanjutnya ketiga doa ini akan terus saya bawa dalam setiap tengadah tangan saya, di setiap sujud malam saya.

Post a Comment

0 Comments